Hati-Hati! Budaya Kita Terancam!!

November 28, 2007 at 12:26 pm | Posted in FKIP Unlam | 7 Comments

Oleh : Rahayu Suciati

Ada yang menarik perhatian saya ketika menonton salah satu acara tadi malam. Ketika seorang juri di salah satu ajang pemilihan bakat mengatakan satu hal sederhana namun cukup membuat saya tertegun. Saat pembawa acara tersebut bertanya alasannya mengenakan batik malam itu, ia menjawab “Daripada nanti diakui negara lain lagi jadi mending saya pakai batik”.

Mendengar jawabannya membuat saya berpikir dan merenung sebentar. Saya teringat dengan kasus ketegangan antara Indonesia dengan negara tetangga serumpun kita, Malaysia. Dimana negeri Jihan itu beberapa kali telah mengakui bahkan mengklaim beberapa bagian kebudayaan kita sebagai warisan leluhur mereka. Dimulai dari lagu rasa sayange yang secara tiba-tiba dipakai sebagai lagu dalam mempromosikan wisata mereka. Batik pun tak ketinggalan ikut-ikutan di proklamirkan sebagai ciri khas budaya mereka. Yang terbaru, kesenian reog juga turut”dilirik”.

Saya tersadar, budaya kita sedang diincar. Bahkan banyak hal dari negara kita sudah lebih dulu dirampas. Tak usah lagi katakan berapa luas negara kita yang amat berpotensi untuk direbut akibat lemahnya kekuatan keamanan dalam penjagaan perbatasan kita. Tak perlu lagi sebutkan berapa juta pasir, batu bara, dan pohon yang direbut dan dijarah bagi kemakmuran negara tetangga kita. Tak perlu juga ceritakan betapa dashayatnya invansi konsumersime dan budaya luar yang tak tertahankan pengaruhnya.

Tapi, haruskah budaya kita perlahan menjadi santapan keserakahan negara lain? Lalu, mestikah kita diam? Tidak, kita tak boleh diam ketika warisan budaya yang telah dititipkan melalui sejarah oleh para nenek moyang untuk kita nikmati dan pelihara diambil dengan begitu arogan oleh negara lain.

Malingsia atau Maling Asia. Begitulah sebuatan untuk negara Malaysia yang beberapa lalu santer di internet. Bila dilihat sekilas, bisa saja itu benar melihat perlakukan mereka yang dengan seenaknya mengklaim budaya kita sebagai bagian dari budayanya. Apalagi, belakangan hubungan kia dengan Malaysia juga mengalami ketegangan akibat beberapa masalah terdahulu.

Namun, mari lihat dari sisi lainnya. Ketika seseorang ingin mengakui milik orang lain menjadi miliknya, apa yang tersirat dari sana? Tentu saja karena orang itu mengagumi apa yang dimiliki orang itu hingga membuatnya berusaha untuk mengambilnya. Jadi, bukankah semua hanya berangkat pada satu hal: kekaguman yang dilampiaskan dalam bentuk kecemburuan hingga sampai pada tindakan perebutan.

Lalu, mari kita sedikit berkaca pada diri kita sendiri. Sudah kagumkah kita dengan kebudayaan kita sendiri? Sudah banggakah kita dengan warisan leluhur kita? Kalau belum, malulah kita dengan diri kita sendiri. Saat bangsa lain mengagumi dan menginginkan kebudayaan kita, kita sendiri malah acuh bahkan tak merasa bangga dengan kekayaan kita tersebut. Apa kata dunia!!!

Jadi, mari sekali lagi lihat dari sisi positifnya. Belakangan, setelah muncul insiden curi-mencuri kebudayan ini, bangsa kita mulai menggeliat untuk kembali menyayangi budayanya. Lihat saja tayangan televisi yang kian santer dengan pergelaran dan aksi kebudayaan, desainer-desainer ibukota juga tak ketinggalan meramaikan dunia fashion dengan berinovasi menggunakan batik dan corak kebudayaan lainnya. Bahkan, tayangan komersial pun kini juga banyak digunakan sebagai medium untuk lebih “mematenkan” budaya Indonesia. Dan tak ketinggalan tentunya, website-website yang dikelola anak bangsa yang peduli pada pelestarian budaya kita.

“Save Our Heritage” adalah kegiatan yang segera digulirkan demi melindungi dan melestarikan kekayaan budaya kita. Dan sebagai salah satu anak Banjar, saya pun ingin menyuarakan pada seluruh urang Banua: “Save Our Banjarese Heritage”. Sungguh, saya tak ingin suatu hari nanti kain sasirangan, kesenian Madihin, Mamanda, bahkan arsitektur rumah Banjar kita di”curi” dan diboyong oleh negara tetangga. Karena itu, lindungilah kebudayaan kita karena kalau bukan kita siapa lagi. Dan untuk melindungi, banggalah terlebih dahulu dengan kebudayaan kita. Cintailah dulu budaya kita. Ya kalo?

Jadi, sedikit mengutip kata-kata yang pernah saya dengar bahwa kita tidaklah mewariskan kekayaan alam pada anak cucu kita. Tapi, sejatinya kita hanyalah meminjam dari mereka. Maka, tak salah bila sedikit digeser konteksnya agar kita bisa memaknai bahwa kita tidaklah mewariskan kebudayaan namun kita hanyalah meminjamkan kepada anak cucu kita. Dan sesuatu yang telah dipinjam haruslah dikembalikan dalam kondisi yang utuh dan baik. Jangan sampai ada yang hilang atau terbuang di tengah jalan.

Sekali lagi, banggalah pada budaya kita. Lindungi kebudayaan kita. Lestarikan dan jagalah semampu kita. Hingga, kembalikanlah pada generasi penerus kita bersama segenap cinta pada tanah air Indonesia….

7 Comments »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

  1. Bagus … refleksi pencerahan fikiran. Jadi, jangan mengumbar marah dalam tulisan … tetapi, … pencerahan. Bravo.

  2. Sdr. Rahayu,
    sebenarnya tradisi membatik telah lama ada di kelantan dan Terangganu. sesungguhnya apapun yang menjadi budaya di Malaysia sebenarnya ada di Indonesia kerana kita serumpun. Datuk nenek( kakek) Saya sendiri berasal dari Banjarmasin. sudah tentu membawa bersamanya budaya. seharusnya kita patut berbangga kerana kami di Malaysia sama-sama memajukan budaya nusantara, tidak kira di mana juga kita berada.

  3. salam kenal mbak

  4. semua warga negara bukan cuma warga indonesia pasti akan marah bila hak2nya diambil.begitu juga saya waktu pertama denger salah satu budaya kita di ambil malaysia,aku berfikir klo bisa bikin bom atom pasti negara yang bersangkutan mau saya bom.itulah pikiran yg pertama terlintas dalam benak saya.apalagi malaysia sudah menginjak2 harga diri indonesia dengan berbagai hal dari tki/tkw truz banyak hak kita yang dirampas adalagi wasit jadi ajang latihan tonjok.truz apakah kita akan diam.klo kita diam kita akan makin di lecehkan.seakan2 kita takut ma mereka.takut klo kita lawan mereka kita ga makan kali.badahal harusnysi malaysia mikir klo kita ga kerja untuk mereka mereka ga bakal makan jngan diputer balik.mereka dah nganggap klo tanpa mereka kita ga makan.seakan2 kita tuh budak mereka

  5. Salah satu upaya pelestarian budaya indonesia adalah dengan membuat dokumentasinya, termasuk dokumentasi digital atau elektronik di era informasi ini. Mungkin peran perguruan tinggi bisa dikedepankan di sini. Kegiatan riilnya bisa dalam bentuk penelitian atau pengabdian masyarakat.Yuk kita cintai dan pertahankan budaya indonesia

  6. hem, tapi sepertinya indonesia belum melakukan hak paten untuk semua karya nenek moyang

    moga aja bangsa indonesia sadar sebelum dicuri lagi

  7. Kesadaran itulah yang paling menentukan kalau menurut saya. Kurangnya kesadaran yang membikin budaya kita diklaim oleh orang. Sungguh rugi sekali apabila sesuatu kepunyaan kita diakui oleh yang lain bahkan sesuatu itu adalah yang kita ciptakan sendiri. Semoga kita lebih sadar akan budaya Indonesia dg dukungan dari program pemerintah. Kita pasti bisa.


Leave a reply to lek bejo Cancel reply

Blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.